Hutan Pinus Dlingo Makin Ramai, Aroma Pinus Makin Menghilang
By Ann Nurafifah - 22.27
Hutan Pinus Dlingo kini menjadi tujuan wisata bagi
sebagian besar orang. Wisata ke hutan merupakan salah satu cara menghilangkan
penat dengan menyatukan diri dengan alam. Lima tahun belakangan ini, objek
wisata hutan pinus Dlingo, atau yang biasa banyak orang kenal hutan pinus Imogiri ini semakin ramai
dikunjungi wisatawan. Pada hari sabtu, 23 Februari yang lalu hutan pinus ini
ramai pengunjung. Bahkan, ada bus pariwisata berukuran sedang, serta production
house yang sedang mengerjakan proyek mereka di hutan, pasangan yang melakukan
foto prewedding, dan pengunjung yang sebagian besar berasal dari kota.
Tak heran, hutan menjadi sangat ramai mengingat
hari itu adalah akhir pekan dan hari-hari menjelang liburan semester. Beberapa
fasilitas juga telah dibangun, seperti musholla, warung-warung, toilet, dan
area parkir yang telah dirapikan. Di bagian hutan pinusnya, sekarang sudah
dibangun tempat duduk dari batang pohon, gubug, gardu pandang, ayunan, juga
plang kebersihan untuk menjaga kelestarian hutan. Objek wisata ini tidak
diberlakukan tiket masuk, hanya tiket parkir saja. Rp 3.000,00 untuk pengendara
motor, Rp 10.000,00 untuk pengendara mobil, dan Rp 50.000,00 bagi yang akan
melakukan pre-wedding.
Seiring waktu, hutan pinus ini sudah banyak
berubah penampilan. Sekitar dua tahun yang lalu, hanya ada pos parkir yang
mengandalkan pemuda penduduk setempat untuk mengelola parkir. Sedangkan bagian
hutannya masih alami dan hanya ada beberapa batang kayu yang dijadikan tempat
duduk serta disediakan tempat sampah. Tidak hanya perubahan penampilan, aroma
hutan pinus yang sekitar dua tahun lalu masih dapat dirasakan sejak radius
10meter, kini bahkan hampir tak tercium lagi. Pasalnya, kian marak kendaraan
yang lalu lalang seiring dengan kepopuleran objek wisata ini. Hal ini memang
memunculkan dilema. Namun, penduduk setempat sebagai pengelola objek wisata ini
juga turut berupaya menjaga kelestarian hutan pinus, seperti penyediaan tong
sampah serta plang – plang untuk mengingatkan pengunjung agar menjaga
kebersihan.
Hal serupa juga dialami objek wisata puncak
becici. Sekitar dua tahun yang lalu, keadaan puncak becici juga telah berubah
total sejak masih berupa puncak yang dapat dicapai melewati pinggir jurang atau
hutan pinus yang masih liar dan lebat, menjadi wisata alam dengan banyak
fasilitas.
Tak kenal maka tak sayang. berkat kepopuleran aktivitas traveling
yang ditularkan berbagai media massa dan
media sosial, membuat banyak orang lebih membuka mata untuk lebih jauh mengenal
alam. Semakin banyak orang memburu tempat-tempat tersembunyi yang indah untuk
mereka nikmati. Semakin mengenal, membuat seseorang semakin mencintai. Dan yang
paling penting adalah mencintai dengan cara menjaganya... karena menjaga adalah
esensi dari mencintai. Tak hanya bagi seseorang, tapi juga bagi alam.
0 komentar